Stranded in Aceh
9 Jul
Masih sekitar Nias….
Ceritanya aku belanja untuk mencari ikan sebagai santapan kami di Mess Fodo(wah, aku belum cerita keramaian di Mess Fodo ya?). Rencananya Akbar (rekan kerjaku) ingin makan cumi asam manis yang dimasak sendiri. Jadi kami ramai-ramai mencari cumi-cumi ke desanya para nelayan yaitu Olora. Di sana ikan memang relatif murah dibandingkan dengan di pasar Gunung Sitoli. Namun untuk mendapatkan ikan dengan harga murah, kita harus pakai trik juga.
1. Turun dari mobil sejauh mungkin, karena jika mereka melihat kita naik mobil harga ikan ikut naik.
2. Jangan menggunakan baju yang terlalu rapih karena akan dianggap mempunyai uang yang banyak sehingga ikan otomatis mahal.
3. Cari teman yang bisa bahasa daerah. Atau dengan modal “hauga?” yang artinya “berapa?” atau “hauga fefu?” yang artinya “berapa semua?”. Karena asumsi mereka jika tidak bisa bahasa daerah berarti pendatang. Pendatang biasanya kerja di NGO atau BRR. Orang yang kerja di NGO atau BRR pasti mempunyai duit yang banyak sehingga sah-sah saja jika harus membayar mahal.
Jadi kami menghentikan mobil cukup jauh dan berjalan kaki sepanjang pantai.
Walau mau mendapat harga cumi yang murah, tapi kami tidak lupa bergaya. Masa bodo dengan mahal, yang penting gaya euy!
Coba lihat besar ya cumi-cumi yang kami dapatkan! Cumi-cumi ini berhasil kami tawar seharga Rp15.000. Kami tidak tahu itu murah atau mahal. Tapi cukup lah untuk makan kami sehari.
One Response for "cumi-cumi atau gurita?"
aduh-aduhai cumi cuminya bikin ngiler buat di masak deh 🙂
salam
Leave a reply