Stranded in Aceh
23 Jul
Back to Nias. Hmm, my lovely island. Finally, after a long time stranded in Aceh, I go to Nias Island. This time I only have a little time to stay. This time I have a chance to go to Nias Museum. See, this is one of Nias Statue.
I think it’s symbol have similarity with symbol from Toba – North Sumatera. It is a small lizard and penis. Maybe it’s have similar meanings with Toba’s Symbol which is small lizard and 4 breast. Lizard for capability for adapting everywhere (in the big town, small village, forest, etc) and Breast for taking care of children (2) and husband (2). So that, at that time beautiful girl must have big breast (hahaha………). And if it is penis, hmm….. I don’t know the meaning. Maybe male must have good good penis to produce a lot of children there. Hahahah…….(big laugh!)
See I take a picture with my boss in front of that things.
The other things you can see on the museum is Nias Traditional House which is diffrent with Nias Selatan Traditional House (remember the Hombo Batu?).
And suprising me, I see some people snorkling in the back part of this museum. Waw, I asked them to teach me how to do that. Hmm… I enjoy this snorkling time eventhough its 2 hours before my plane taking off from Binaka. I believe that my boss already afraid of being late to catch the plane. Hahaha………
19 Jul
Tidak banyak yang bisa aku ceritakan dengan foto ini. Foto ini aku ambil saat mengunjungi Museum Nasional di Banda Aceh. Ternyata lonceng ini namanya Cakradonya, pemberian dari negeri Cina. Mungkin supaya orang Aceh belajar hingga negeri Cina! Hehehe….
I have no information about this bell. I take this picture when I visited National Museum at Banda Aceh. This bell called Cakradonya. It’s a gift from China Imperium. Maybe it’s to encourage Acehnese to study hard like the Chinese!
9 Jul
Masih sekitar Nias….
Ceritanya aku belanja untuk mencari ikan sebagai santapan kami di Mess Fodo(wah, aku belum cerita keramaian di Mess Fodo ya?). Rencananya Akbar (rekan kerjaku) ingin makan cumi asam manis yang dimasak sendiri. Jadi kami ramai-ramai mencari cumi-cumi ke desanya para nelayan yaitu Olora. Di sana ikan memang relatif murah dibandingkan dengan di pasar Gunung Sitoli. Namun untuk mendapatkan ikan dengan harga murah, kita harus pakai trik juga.
1. Turun dari mobil sejauh mungkin, karena jika mereka melihat kita naik mobil harga ikan ikut naik.
2. Jangan menggunakan baju yang terlalu rapih karena akan dianggap mempunyai uang yang banyak sehingga ikan otomatis mahal.
3. Cari teman yang bisa bahasa daerah. Atau dengan modal “hauga?” yang artinya “berapa?” atau “hauga fefu?” yang artinya “berapa semua?”. Karena asumsi mereka jika tidak bisa bahasa daerah berarti pendatang. Pendatang biasanya kerja di NGO atau BRR. Orang yang kerja di NGO atau BRR pasti mempunyai duit yang banyak sehingga sah-sah saja jika harus membayar mahal.
Jadi kami menghentikan mobil cukup jauh dan berjalan kaki sepanjang pantai.
Walau mau mendapat harga cumi yang murah, tapi kami tidak lupa bergaya. Masa bodo dengan mahal, yang penting gaya euy!
Coba lihat besar ya cumi-cumi yang kami dapatkan! Cumi-cumi ini berhasil kami tawar seharga Rp15.000. Kami tidak tahu itu murah atau mahal. Tapi cukup lah untuk makan kami sehari.
9 Jul
Sewaktu di Nias aku berkesempatan bermain air di pantai Nias. Wah, menyenangkan. Memang lebih indah pantai di Nias Selatan, hanya saja lebih banyak temanku yang tinggal di Nias. Senangnya bersenang-senang dengan para perempuan ini.
Lihat deh, centil-centil
gaya-gaya
menyenangkan!
6 Jul
Sewaktu buka2 folder foto, aku lihat foto kak Priska. Sewaktu di Nias, aku tinggal satu kamar dengan kak Priska. Fuih… seru. Malam2 curhat, telephone orang-orang, gosiping orang-orang, pergi ke gereja, pergi ke pantai, belanja, masak. Wah pokoknya menyenangkan. Yang lebih menyenangkan dengar dia akan menikah tanggal 14 Juli 2007. Wah, bahagianya. Wish you the best sist!
6 Jul
Sewaktu aku ke Nias, kantor ku membuka kantor perwakilan baru di sana. Acaranya sih biasa saja. Tapi karena acara ini aku berkesempatan untuk memakai pakaian adat Nias. Lihat deh, cocok gak aku jadi orang Nias?
ini foto pakaian adat Nias untuk perempuan dan laki-laki.
Bagaimana menurut kalian tentang pakaian Nias?
6 Jul
Bulan ini bos ku ada yang ulang tahun lagi. Sebenarnya sih dia ulang tahun tanggal 23 juni, tapi bertepatan hari itu bos ku harus menguburkan tantenya ke tanah toraja. Wah sayang, padahal aku dan teman-teman seruanganku sudah menyiapkan kejutan untuknya.
Akhirnya kejutan itu kami berikan sepulangnya dia dari toraja. “Suprise” kami tiup lilin di atas sekotak coklat ferero Roche karena kami tidak tahu tempat beli kue tart di Banda Aceh.
Setelah itu kami makan-makan di PP cafe. Tempat itu termasuk restaurant yang cukup bagus di Banda Aceh.
Tapi jangan dibayangkan sama seperti restaurant mewah di kota besar. Dengan menu sapo tahu, tumis cah kangkung, ayam cah brokoli, capcay, ikan kerapu tauco, salad buah, ayam tangkap, sup cream jagung, nasi gorang hongkong, juice, dan lain-lain kami makan 12 orang. Cukup murah loh karena cuma menghabiskan Rp 500.000,-
Kalau jalan-jalan ke Banda Aceh, PP Cafe termasuk tempat yang bisa dikunjungi karena rasanya standar (tidak seperti masakan Aceh lainnya).
6 Jul
sewaktu aku di Nias, manajerku -Pak Kadek panggilannya- pulang kampung ke Bali. Aku minta oleh2 dari Bali. Dia bawa gelang untuk yang perempuan dan Brem Bali untuk yang laki-laki.
Melihat bungkusnya aku pikir sirup. sewaktu ku minum rasanya memang manis dan sedikit hangat. Hmm,… semacam bir, tapi kalau bir pahit.
Walaupun tidak terlalu tinggi kadar alkoholnya, aku tidak sanggup meminumnya satu botol.
Sewaktu Bos ku melihatnya, dia teringat masa mudanya. Ternyata bungkus brem tersebut sama dengan 15 tahun yang lalu. Wah, ternyata Brem Bali bisa menjadi kenangan.