Stranded in Aceh
9 May
Pernah dengar Tegi ndarawa? Mungkin ini pertama kali kalian mendengar yang namanya tegi ndarawa. Ini adalah nama salah satu gua yang terletak di Gunung Sitoli – Nias. Dari namanya bisa juga dibilang sebagai gua nya orang Islam di pulau Nias. Tegi itu artinya gua, dan ‘ndrawa adalah sebutan untuk orang Islam. Cerita singkatnya sewaktu pertama kali orang Islam datang ke pulau Nias, di gua tersebutlah mereka tingal. Jadi gua tersebut semacam rumah bagi mereka. Mereka tidur dan melakukan berbagai kegiatan sehari-hari di gua tersebut. Dari gua tersebutlah ajaran agama Islam menyebar di pulau Nias. Ya pulau kecil dengan mayoritas agama Nasrani. Penduduk dengan agama Islam dapat ditemui di daerah pesisir pulau ini yang antara lain berasal dari suku Aceh, Minang, dan Batak.
Wih, sewaktu saya ke sana memang didalam gua tersebut terasa sejuk. Stalaktit-stalaktit bergantungan di sepanjang gua tersebut bagai lidah-lidah raksasa yang sedang menjilati mangsanya.
Selagi menikmati keadaan gua tersebut, datang beberapa anak kecil yang entah dari mana datangnya mengajak kami bermain. Menyenangkan juga ada teman lain di sana. Melihat mereka berloncatan di atas setiap batu goa yang licin dengan bertelanjang kaki. Wah, saya begitu kagum melihat mereka. Sementara saya mencoba untuk berdiri tegak di batu yang licin tersebut, mereka malah berlarian dengan tawanya dan mengajak saya ikut berlari.
Saya dan 3 orang teman lainnya mencoba masuk lebih dalam. Namun sayang kami hanya dapat mencapai sekitar 0,5 KM ke dalam goa karena tidak ada cahaya yang masuk. Sehingga satu orang teman saya memutuskan untuk menunggu sementara kami masuk lebih dalam lagi. Dengan sisa cahaya yang ada kami masuk sekitar 0,5 KM sampai tidak ada cahaya lagi dan kami memutuskan untuk keluar.
Setibanya di mulut goa ternyata teman yang sedang menunggu kami sudah dikelilingi dengan beberapa penduduk setempat yang entah dari mana mengetahui kalau kami datang ke goa tersebut. Begitu melilhat kami mereka menyerbu kami dengan tawaran untuk menjelajah goa tersebut. Mereka menawarkan fasilitas obor dan tali yang tidak jelas standar keamanannya. Berhubung tujuan kami memang bukan caving, maka kami menolak tawaran tersebut. Sayang ya, saya tidak menanyakan tarifnya mungkin ada juga yang tertarik menjelajah goa tersebut.
Tapi menurut saya menjelajah goa ini sepertinya perlu persiapan yang matang karena menurut informasi penduduk setempat goa yang panjangnya setengah dari pulau Nias akan berujung di pertengahan pulau Nias. Tapi jika hanya mau mampir di mulut goa seperti yang kami lakukan, jangan khawatir! Tidak perlu membawa bekal karena hanya sekitar 15 menit dari Gunung Sitoli jika menggunakan mobil.
Hmmm, lumayan juga untuk pengalaman caving bagi pemula….
9 May
Di awal tahun 2007 saya pergi ke pulau Nias. Ya, pulau Nias. Mungkin kita selama ini tidak pernah terpikir untuk pergi ke pulau Nias atau bahkan pernah merasa ada yang namanya pulau Nias. Sama kalau begitu. Saat bos saya bilang :kamu saya tempat kan di pulau Nias untuk sekitar 1-2 bulan ke depan.
Wauw, Nias…. Pulau apa itu? Seperti apa tempat itu? Pasti tempat itu terpencil. Belum lagi isu supranatural dari setiap orang yang saya tanya mengenai kehidupan di pulau Nias. Hmmm……
Whatever, saya pergi ke Nias pakai uang perusahaan. Jadi gak ada ruginya untuk mencoba.
Sesampainya di sana kita akan disapa dengan “YA’AHOWU”. Itu bahasa daerahnya untuk mengatakan “HALLO”. Di sana saya mendatangi suatu area yang menurut penduduk setempat sebelumnya adalah perkampungan. Tapi saat saya datang ternyata tempat tersebut sudah menjadi laut.
How come?
Ternyata sewaktu musibah gempa yang terjadi di Nias pada tanggal 28 Maret 2005. gempa dengan kekuatan 8,7 skala richter membuat area perkampungan ini lenyap ditelan bumi. Rumah-rumah yang ada di sana tenggelam ke bawah permukaan tanah. Penduduk desa tersebut sekarang pindah ke daerah Botohaena. Saat ini saya hanya bisa melihat air laut di lokasi perkampungan tadi.
Indah dan ironi sekali bukan? Hmmmm, jika terinspirasi pada acara supranatural di televisi pasti 10 atau 100 tahun lagi akan ada orang yang pura-pura bisa melihat suatu kampung yang tenggelam dan mengaku mengetahuinya dari arwah yang gentayangan. Hahaha…
Kenapa bisa terjadi? Karena tidak banyak orang yang mengetahui kejadian itu. Jadi ya, bisa dibodohi. Coba kalau ada yang mendokumentasikan dan menyebarkan kepada orang banyak. Saya yakin semua orang akan tahu kejadian tadi tanpa bantuan arwah. Hehehe….
Balik lagi ke perjalanan ke Tagaule. Kebanyakan orang Nias juga tidak tahu mengenai Tagaule (sebanyak yang saya tanya mengenai tagaule, hanya 1 orang yang tahu. katanya gak boleh pake istilah ini-red). Padahal waktu saya ke sana, wuih ternyata tempatnya enak banget untuk liburan.
Tapi sayang belum ada orang atau perusahaan yang menggarapnya menjadi tempat hiburan yang komersil. Padahal kalo dibuat tempat hiburan atau hotel, pemandangannya enak bangget. Bahkan menurut kawan saya yang menangani perekonomian di BRR Nias, tempat tersebut sangat ideal untuk membuat tambak.
Kemudian setelah beberapa saat main di air, foto-foto, dan ngobrol dengan masyarakat setempat. Saya pulang ke rumah dengan oleh-oleh foto dan keong laut yang katanya enak untuk dimakan.
Oya, jika kamu datang ke Nias dan berencana datang ke Tagaule, jangan lupa untuk membawa bekal makan dan minum dari Gunung Sitoli atau Teluk Dalam karena kamu tidak akan menemukan toko makanan di sekitar Tagaule.