Popie in Response

Stranded in Aceh

Lontar Fruit

Pernah dengar tentang buah lontar? Buah lontar merupakan salah satu buah khas dari Indonesia. Bentuknya bulat seperti kolang-kaling berisi cairan yang membuat badan segar.

Di daerah Jalan Sabang – Jakarta banyak terdapat penjual buah lontar. Biasanya buah lontar dijual Rp 1000 / buah. Lihat penjual buah lontar tidak mau kalah gaya dengan pembelinya!

me & lontar seller

Ever heard lontar fruit? Lontar fruit is an endemic fruit from Indonesia. It’s oval and there is a liquid things on it.

You can see a lot of lontar seller on Sabang Street – Jakarta. They sell lontar fruit for idr 1.000 each. See, that is lontar fruit seller in style!

Kembalikan terminal ku!

Entah mulai kapan teminal Pondok Gede – Bekasi tidak ada. Seingat saya sekitar tahun 1995 masih bisa menikmati fasilitas terminal. Saat itu dimulailah penerapan jalur 1 arah untuk melewati arteri Pondok Gede. Kabarnya jalur 1 arah ini diterapkan guna mengurangi kemacetan yang terjadi akibat dibangunnya areal pertokoan di arteri Pondok Gede. Saya berusaha untuk mengetahui kapan tepatnya terminal pondok gede digusur dengan mencari melalui internet. Tapi tidak juga didapat cerita mengenai tergusurnya terminal pondok gede apalagi tanggalnya. Yang didapat hanya berita mengenai penggusuran pasar pondok gede pada tahun 2007. Dan pada saat peristiwa itu terjadi,saya rasa terminal pondok gede sudah lama digusur.
Yang menjadi permasalahan di sini adalah dengan tidak adanya terminal pondok gede maka sejumlah angkutan yang mempunyai rute melewati atau ke Pondok Gede tidak punya tempat untuk berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang. Para supir angkot menaikan dan menurunkan penumpang seringkali di tengah jalan (bukan berhenti dipinggir). Bahkan mereka tak segan-segan untuk berhenti lama menunggu angkot mereka penuh (ngetem). Dengan banyaknya rute angkot yang melewati daerah ini, dapat dipastikan bahwa setiap hari berhenti/ngetemnya angkot ini menjadi sumber kemacetan. Berdasarkan pengamatan saya, ada sekitar 10 rute angkot yang melewati daerah ini dan beberapa diantaranya bahkan menuju terminal besar seperti kampung rambutan, bekasi, dan kampung. Melayu. Sebut saja pd.gede- kp.melayu; pd.gede-kali.malang; pd.gede- buaran; pd.gede-pulo gadung; pd.gede- cililitan; pd.gede-kp.melayu via cililitan; ujung aspal-kp.rambutan via pd.gede; kranggan-kp.rambutan; pd.gede-Bekasi; pasar rebo-ukicawang. Jika 1 rute mempunyai 1 kendaraan yang berhenti di tengah jalan, maka 10 rute akan membuat 10 kendaraan berhenti di tengah jalan dan sudah pasti mengakibatkan kemacetan.
Tentu saja tidak mudah untuk melarang para supir angkot untuk berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang ditengah jalan dengan tidak tersedianya terminal. Saat ditanya mengapa tidak berhenti dahulu kepinggir jalan, biasanya ada aja alasan supir mulai dari mengejar setoran sampai memberi kepuasan kepada para penumpang yang juga terlalu malas untuk jalan sedikit dari tempat kendaraan bisa turun dengan aman ke tempat tujuannya. Selain itu menurut para supir angkot, juga tidak ada aturan yang menyebabkan mereka ditilang karena menurunkan penumpang sembarangan (selain ditegur pada waktu2 razia saja). Paling hanya supir kendaraan pribadi yang suka menggerutu karena terhalang oleh berhentinya angkot tersebut sehingga tidak dianggap sebagai suatu hukuman yang bisa mengakibatkan jera bagi pelakunya.
Di sisi lain para penumpang sebenarnya juga dirugikan karena selalu terburu-buru pada waktu menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan. Selain itu dapat membahayakan penumpang dan juga pengguna jalan lainnya.
Sebenarnya sampai sekarang saya sendiri tidak tahu alasan yang menjadi pertimbangan pemerintah sehingga menghapus keberadaaan terminal di lokasi yang cukup strategis ini. Apakah lebih menguntungkan membangun pasar dan mall sehingga terminal yang tidak prioritas untuk difasilitasi?

Terlambat

andaikan dulu kau sediakan telingamu untuk mendengarkan celotehan dan tangis kami,
pastikan sekarang ada banyak mulut untuk menghibur dan menyenangkanmu
andaikan dulu kau sediakan 5menit waktumu untuk bermain bersama kami,
pastikan sekarang akan ada banyak waktu untuk menemanimu
andaikan dulu kau sediakan tanganmu untuk menyuapi kami,
pastikan sekarang ada banyak tangan membantumu
andaikan dulu kau sediakan matamu untuk melihat perkembangan kami,
pastikan sekarang ada banyak mata untuk menjagamu
dan andaikan dulu kau sediakan hatimu untuk menyayangi kami,
pastikan ada banyak hati yang membuat mu bahagia
tapi sayang…
waktu tak dapat diputar ulang!

father&son

http://outschoolspotted.blogspot.com/2011/11/father.html

UDA

terlihat jelas sisa keangkuhan mu meski sudah tergeletak di tempat tidur

merah lebam matamu seperti merah wajah mu saat aku pertanyakan kritikanmu yang selalu menyayat hati kuping dan hatiku

tak pernah mampir segaris senyum di wajahmu saat bertemu denganku, bahkan tidak dalam mimpiku

tidak pernah ku tahuapa engkau memperhatikanku, sekarang pun aku tak perduli

tapi kita harus sadar…

cinta itu ada di dalam tiap tetes darah kita. tidak bisa kita tolak. bahkan sampai liang kubur pun engkau mempunyai darah yang sama dengan aku.

berubahlah… berikan cintamu pada dunia sehingga engkau selalu ada di sini bersama kami….

Pernikahan

pernikahan adalah ketika kita saling memiliki, bukan hanya dimiliki
Ketika kita saling membantu, bukan sekedar patuh
Ketika kita saling menghibur, bukan merasa sedih sendiri
Dan ketika kita merasa sempurna dengan cinta ini….

Hai Bulan….

Kamu kan tidak pernah sampaikan bahwa kamu setiap malam duduk di sana untuk memberikan sinarmu hanya untukku
Yang ku tahu, tiap malam memang tugasmu menyinari kegelapan malam ini tanpa memilih siapa yang kamu terangi
Seharusnya kamu tahu bahwa aku setiap malam datang ke danau itu untuk menari dengan sinarmu
Tidakkah kau lihat betapa bahagianya aku bisa mencuri sinarmu dan menari dengannya? Walau hanya dengan sinarmu
Tak berani aku emrindukan kedatanganmu ke bumi
Karena aku juga tahu kalau aku juga tak mungkin terbang ke atas sana
Tiap pagi ku ingin malam segera datang
Dan tiap malam anganku untuk melenyapkan mentari pagi
Tapi waktu kan sampai
Saat aku tak bisa lagi menikmati sinarmu sendirian
Dan aku tahu tak ada malam yang lebih indah dari malam-malam purnama saat ku berdansa dengan sinarmu

Ibu…

Menjadi ibu baru ternyata tidak semudah yg saya bayangkan. Pertama-tama karena proses kelahiran yang saya jalani cukup melelahkan. Saya kehilangan banyak darah sehingga HBnya turun dan memerlukan transfusi darah. Setelah itu saya terserang diare beberapa kali. Entah karena salah makan atau antibodi tubuh saya belum kembali normal. Padahal sebelumnya saya tidak pernah diare. Dengan keadaan yang seperti itu mungkin sulit bagi tubuh saya untuk mengeluarkan asi.
Keadaan yang seperti ini membuat saya sedih dan bingung harus berbuat apa. Bertanya dengan dokter di rumah sakit hanya mendapatkan jawaban “susui saja terus”. Kemudian saya coba cari referensi di internet. Ternyata banyak artikel yang membahas tentang memperbanyak asi. Dari semua yang saya baca dan pengalaman saya, ada beberapa hal yang menjadi catatan saya yaitu:
1. Yang paling utama adalah memberikan asi sesering mungkin karena rumus produksi asi adalah permintaan=produksi. Semakin sering asi dihisap semakin sering juga tubuh ibu memproduksi asi. Jadi jangan khawatir kehabisan asi. Kalau perlu jangan takut u memeras asi agar gudang asi kosong.
2. Konsumsi makanan yang dipercaya dapat memperbanyak asi seperti daun katuk, tape, pepaya muda, dan sayur2an yang hijau.
3. Minum obat pemancing asi seperti moloco B12 atau laktafit.
4. Istirahat yang cukup dan bebaskan pikiran dari semua masalah yang ada. Nikmati masa2 bersama bayi. Saya sendiri menikmatinya dengan melakukan pijit bayi dan membersihkan tubuh bayi seperti menggunting kuku, membersihkan telinga,dll.
5. lakukan pijat payudara untuk merangsang produksi asi.

Christmas is a miracle

When christmas was coming, I have to go to Bandung to fulfil my promise. After visiting my father in the hospital, I was in a rush to catch the train in the nearby station. But unlucky me, I got no ticket there even the ticket without seatnumber.
I was upset and decided to go home, take a rest and looking for travel tomorrow. While waiting for the bus, suddenly a man call and ask me if I am out of ticket. He wear the uniform with tag name “joko ….” (I forgot the full name).
I am out of ticket, I said.
Which tiket do you need? He said.
I need one way ticket to Bandung, I answered while hoping he still have any ticket (even it,s ilegal)
Would you like to pay the ticket on board? Just going on board and pay a half for the ticket.
What? How can I enter the station without ticket in my hand? Do they allow me to get into? I confused and exciting to hear that. I never do such things. Than the man accompanied me to enter the station.
After the train coming, I got into the train and just follow my feeling to find the restoration room.
Suprising me, there are alot of people in this room. They are the passenger with ticket without seatnumber. Waw, it must be another great experiance.
Trek,trek,trek…..suddenly a familiar sound is coming. The ticket man is coming. Now he come with the train police. Ukh, it’s shaking my body. My hands are trembling. I can do nothing but freezing in the corner.
And lucky me, the ticket man did not ask for my ticket…
But still… I am afraid. This 3 hours trip just like take a whole month. Along this trip, I really afraid when a man with uniform is coming.
Ariving in st. Hall, I really happy while my whole body still shaking.But it’s over, and I can keep my promise in this christmas.
It’s the miracle of christmas and a prove to the lack of security in public train.
Hmmm…..

Good Bye Gus Dur!

Suddenly the hospital is full of crowd. Many cars is coming and I hear the great sirene of ambulance.
Sitting nearby my father’s bed, I hear the nurse said he was died while sleeping in the floor (is that true? I don’t know for sure). All medician talking about him. Some people going downstair to watch out the preparation.
Hmmm, he must be a great people I think. and my phone is ringing
“have u heard gus dur is died?”

gusdur
http://www.andaka.com/selamat-jalan-gus-dur.php

that’s the answer. He must be Gus Dur. The great people who got HD with my father. Than I look up the window upstairs. There is a crowd outside the hospital building. Cars from tv station, security cars, some staff from the hospital, and some standing local people.
Than I tell my father “Dad, Gus Dur is died” “hmm, great people” he said, because Gus Dur is the only president who wanted to make a great decision to rise up the salary for PNS (civil servant). While smiling, my father is going to sleep, maybe he want to say good bye to Gus Dur in his dream.
Good bye gus dur!

Kawin Lari (Mangalua)

Kawin lari atau yang disebut Mangalua dalam masyarakat Batak ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Seorang saudara saya melakukannya karena tidak disetujui oleh salah satu pihak pengantin. Saya coba melihat tahap demi tahap. Ternyata untuk melakukanya perlu tahap2 dan syarat2 juga.
Arti Mangalua sendiri adalah .[1] Secara bebas, manga adalah melaksanakan dan lua adalah membawa atau lari. Berati sepasang muda-mudi yang kawin dengan cara di luar prosedur perkawinan ideal karena satu atau beberapa hal, seperti karena masalah ekonomi( masalah pembayar sinamot yang kurang), masalah social (perbedaan status ditengah kehidupan masayarakat) ataupun masalah yang lainnya.

Dalam hal ini berarti kawin tanpa melalui prosedur pembayaran sinamot trlebih dahulu.[2] Dalam mangalua ini seakan adapt adalah soal belakang, yang penting adalah mereka kawin dulu.

Adat menyebut perkawinan mngalua ini bahwa si pemuda mengandalkan kekuatan, mengabaikan hukum (pajojo gogo), papudi uhum. Biasanya si perempuan tidak akan mau berlama-lama dalam situasi mangalua ini ( dalam situasi belum diadatkan atau mangadati), karena perkawinan ini belum kuat adanya, sehinga kalaupun dia diceraikan tidak akan ada pihak yang dapat mempertahankanya atau menanggungjawabinya.

BENTUK PELAKSANAAN MANGALUA

Dalam pelaksanaan mangalua ini ada dua cara yang dikenal yaitu:

1. Kedua calon pengantin yang mangalua atau ditemani oleh satu atau dua orang yang bertindak sebagai pihak ketiga, demi menjaga kehormatan kedua calaon pengantin.

Sebagai langkah pertama mereka pegi kerumah salah satu keluaraga pengetua atau terpercaya, dan dirumah tersebut calon pengantin perempuan dititipkan. Berikutnya laporan kepada orangtua, pengetua adapt atau pemimpin agama minta pemberkataan atau restu.

2. Perempuan itu langsung dibawa oleh si pria kerumahnya tanpa lebih dulu diberkati atau direstui. Perkawinan seperti ini disebut juga marbagas roha-roha (berumah tangga sesuka hati). Namun perkawinan telah terjadi, kewajiban atau pertanggungjawaban adat wajib dilaksanakan di kemudian hari.

TATA CARA MANGALUA

Dalam perkawinan mangalua ini tentu ada cara yang lazim dilakukan oleh pelaku-pelakunya. Sepasang muda-mudi memutuskan untuk melaksanakan kawin lari ketika mereka berpacaran karena melihat berbagai hal yang akan menghambat mereka untu kadapt hidup bersama. Yang sering terjadi bahwa keluarga si lelaki yang memegang peranan dalam pelaksanaan mangalua ini, sedangkan pihak perempuan tidak tahu sama sekali. Ada juga kasus mangalua dimana kedua belah pihak keluarga mengetahui dan memberi ijin untuk melkasnakan hal tersebut, karena memang cara itulah yang dianggap tepat pada saat itu agar perkawinan tetap bisa dilaksanakan.

Dalam mangalua ini si perempuan pergi meninggalkan oranng tuanya, mengikuti kekasihnya untuk melaksanakan perkawinan. Biasanya siperempuan langsung dibawa kerumah pemuka agama yang berda di lingkungan tempat tinggal keluarga pihak laki-laki. Tetapi ada juga terjadi dimana pasangan itu lari meninggalkan orang tuanya masing-masing dan pergi kesuatu tempat lain apabila keluarga kedua belah pihak betul-betul tidak ada yang setuju. Sesudah sekian lama berumah tangga mereka akan kembali untuk meminta maaf dan melaksanakan adat perkawinan secara penuh.

Dahulu kala bila seorang perempuan akan mangalua, maka sebagai tandanya dia akan meletakkkan daun sirih di dalam lemari pakaianya sebagai pengganti dirinya yang hilang atau yang telah pergi. Sekarang hal tersebut telah digantikan dengan meninggalkan sepucuk surat sehingga keluarga perempuan dapat mengetahui bahwa anak gadisnya telah mangalua.

Setelah mereka mangalua dan menetap di suatu tempat, maka adat menuntut agar prosedur selanjutnya dilaksanakan, yakni segera setelah kawin datang kerumah orangtua si perempuan untuk memberitahukan bahwa anak mereka telah menjadi paniaran (menjadi salah satu keluarga mereka), dimana kegiatan ini disebut manurohan bao-bao na tinangko (melapor dan membawa tanda anak mereka telah diambil).

Setelah semua undangan pihak perempuan hadir maka dipersiapkan makanan yang dibawa oleh rombongan pihak lelaki (paranak) tadi, dan mereka semua makan bersama-sama. Setelah selesai maka acara selanjutnya adalah manghatai atau bercakap-cakap mengenai maksud kedatangan mereka.

Pembicaraan ini dimulai oleh pihak keluarga pihak perempaun yang diwakili oleh abang si perempuan yang telah berkeluarga. Isi pembicaran mereka adalah ucapan terimakasih kepada pihak keluarag laki-laki (paranak). Kemudian abang dari ayah si perempuan juga berbicara mengucapkan terimakasih atas kesediaan para tamu untuk datang ke acara tersebut dan menayakan maksud kedatangan mereka. Perlu kita ketahui bahwa adat Batak ada suatu kebiasaan, walaupun mereka sebenarnya sudah tahu tujuan kedatangan suatu kelompok, tetapi mereka akan menayakan serinci mungkin melaui kata-kata yang berupa pantun-pantun dan pepatah-pepatah. Seperti dikatakan :

Sai marangkup do na uli, mardongan do na denggan.

On pe di paboa ampara niba ma tangkas siangkupna.

Songon na handul, sidongannna songon na mardalan.

Secara bebas artinya mennyakan apakah maksud kedatangan mereka atau pihak paranak atau lelaki tersebut. Biasanya pembicaran itu diwakili oleh abang dari ayah si perempuan. Tetapi sebelum pihak paranak menjawab, terlebih dahulu diberi kesempatan kepada dongan sahuta.[3] Teman sekampung atau dongan sahuta ini secara adat menuntut antara lain :

1. Upa sangke hujur (upah pengawal kampong, agar kemarahan atau sikap bermusuhan dihentukan terhadap si lelaki yang melahirkan gadis kampung mereka).

2. Upa ungkap harbangan (upah untuk para penjaga pintu gerbang kampong. Penghormatan diberikan kepada merteka, agar si pria tersebut diijinkan masuk ke komplek kampong tersebut).

3. Upa raja huta (upah untuk ketua kampong yang bertannggungjawab atas keamanan atau masalah-masalah lainnya dari seluruh penduduk huta atau kampong tersebut).

Dengan dipenuhinya syarat-syarat tersebut diatas, maka pembicaraan kepada mertua baru bisa dimulai. Sudah menjadi ketentuan adat, bahwa suami istri yang kawin lari tidak diperkenankan berkunjung kerumah orang tua si perempuan sebelum acara manuruk-nuruk ini.

Setelah dengan sahuta menerima upah akan dilanjutkan dengan pembicaraan oleh paranak yang menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh keluarga parboru dengan nada menyembah (dalam hal ini tentu pihak parboru tersebut adalah huta-huta mereka, dimana dalam adat Batak kelompok ini merupakan kelompok yang harus selalu disembah dan dihormati. Kedatangan mereka dalam acara manuruk-nuruk ini bermaksud untuk menyembah atau minta maaf kepada pihak paranak telah bersalah mengambil anak perempuan pihak paranak tanpa izin. Dengan nada menyesal pihak paranak akan mengatakan :

Ndang tarbahen be turak, si nungga sor gok tagan.

Ndang tarbahen be turak, si nungga sor sun mardalan.

Artinya memang mereka merasa bersalah tetapi apalah daya hal tersebut telah terjadi.selanjtnya pihak parboru akan membalas perkataan mereka itu. Pertama dikomentari masalah makanan yang dibawa oleh paranak tadi, yang telah dimakan bersama-sama, ketika selesai makan memang dikatakan oleh parboru bahwa makanan yang dibawa paranak tersebut enak sekali rasanya, tetapi pada pembicaraan berikutnya dikatakanalah bahwa makanan itu sebenarnya pahit sekjali rasanya. Hal ini karena pihak paranak mereka anggap telah pajolo gogo, papudi uhum (mengandalkan kekuatan atau membelakangkan hukum). Mereka menanyakan pihak paranak sampai hati berbuat itu kepada meteka. Karena pada dasarnya perkawinan dengan cara mangalua ini sebisa-bisanya dihindari oleh orang Batak karena menimbulkan kesan yang kurang baik dari berbagai pihak.

Kalau perkawinan menurut ideal, hal yang harusnya dipenuhi terlebih dahulu sebelum perkawinan adalah membayar sinamot, tetapi setelah terjadi mangalua dalam acara manuruk-nuruk yang dibicarakan adalah somba-somba.[4] Apabila keadaan sudah mengijinkan baik dalam soal materi, waktu dan sebagainya, maka ditempuh acara memenuhi adat lengkap yang dinamai mengadati.[5] Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Apabila keluarga yang diadati belum mempunyai anak dikatakan bahwa upacara mengadati itu bertujuan untuk : manggohi adat uhum, songgon dalan manomba hula-hula huhut mangido pasu-pasu.[6]

2. Bila keluarga yang diadati sudah mempunyai anak, maka dalam hal ini upacara dimaksudkan untuk : pasahathon sulang-sulangna tabo, dalan manggphi adat dohot uhum, manomba hula-hula huhut mangido pasu-pasu[7].

Hal lain yang menbedakan adalah setelah terjadi mangalua pihak parboru tidak dapat lagi menentukan besarnya sinamot yang harus diserahkan pihak paranak. Berapapun yang diberikan oleh pihak paranak pihak parboru terpaksa menerima karena anak perempuan mereka telah berada di pihak lelaki atau paranak. Dan biasanya sinamot pada perkawinan mangalua ini lebih rendah dibandibngkan dengan jumlah sinamot pada perkawinan ideal. Dalam kedaan ini kita lihat bahwa bentuk perkawinan mangalua ini akan lebih sedikit memakan biaya apabila dibandingkan dengan perkawinan lazimnya. Karena ada proses yang tidak dilauinya, sehingga mengurangi aktifitas dan biaya untuk suatu perkawinan.

FAKTOR SUKU DAN AGAMA SEBAGAI PENYEBAB MANGALUA

Orang Batak Pada umunya kuat idealismenya dalam hal kesukuan dan keagamaan. Kitra dapat melihat bahwa dimanapun orang Batak berda selalu menjukkan ke batakanya. Hal itu dijelaskan dengan adanya konsep halak hita dan bukan halak hita.[8]

Memang dalam kemajuan dewasa ini sering kita dengar bahwa hal-hal kesukuan seperti itu lambat laun telah mulai dihilanhkan, dengan tidak begitu, membedakan kesukuan dan keagmaan dalam kehidupan bermasayarakat. Tetapi kenyataanya kita lihat dalam masayarakat batak masaalh ini sering menghalangi seseorng menuju jenjang perkawinan dan faktor ini melihatnya dari kasus berikut ini.

FAKTOR PENDIDIKAN SEBAGAI PENYEBAB MANGALUA

Masalah pendidikan adalah tinggi rendahnya pendidikan yang telah diperoleh seseorng secara formal maupun non formal dalam membentuk sutru pemikiran yang lebih maju daripada orang-orang yng tidak menjalaninya.

Sering dikatakan bahwa dengan lebih tingginya pendidikan seseorng akan kurangya keinginan untuk melaksanaknan perkawinan dengan cara mangalua, Karena seseorng itu dianggap lebih maju memikirkan akibat-akibat negative dari mangalua tersebut. Memeng hal itu dapat kita terima, dengan adanya pemikiran yasng lebih jeli sebelum melaksanakanya.

FAKTOR EKONOMI SEBAGAI PENYEBAB MANGALUA

Faktor ekonomi dikatakan merupakan salah satu penyebab dilaksanaknanya mangalua. Hal ini dihubungkan dengan mata pencaharian, serta jumlah anggota kelurga dalam suatu rumah tangga, sehingga ada pengelompokkan kaya, menengah dan miskin. Hal ini dapat lihat dalam kasus berikut.

Dalam hal ini pihak keluarga laki-laki mempunyai taraf perekonomian yang lebih rendah dari keluarga perempuan, dimana jumlah qanggota keluarga juga turut bwerperan bagi unrtuk mangalua. Melihat dari jumlah anggota keluarga, pelaku mangalua tersebut minimal berjumlah 6 orang, bahkan ada yang anggota, bahkan ada yang anggota keluarganya sampai berjumlah 10 orang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam rumah tanggga maka semakin brat pula beban yang ditanggung oleh keluarga tersebut dalam kehidupan yang berlaku pada masyarakat batak toba semakin sulit oleh mereka yang tergolong rendah tingkat perekonomiannya, sebab perkawinan secara ideal itu membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk menghindari semua itu ditempuh cara mangalua.

AKIBAT-AKIBAT MANGALUA

Perkawinan dengan cara mangalua, ternyata telah menimbulkan banyak permasalahan baik itu bagi pelaku mangalua yang bersangkutan, dipihak perempuan, dipihak lelaki maupun di tengah-tengah masyarakat batak toba sendiri. Walaupun nanti akan ada upacara mangadati yaitu suatu proses upacara adat untuk mensahkan pasangan pelaku mangalua tersebut dalam perkawinan menurut adat tidak berarti langsung melenyapkan permasalahan ysng pernah ada.

Umunya keluarga pihak perempuan sangat menyasali tindakan mangalua ini, karena pihak laki-laki telah mengambil anak perempuan mereka tanpa ijin. Tindakan pihak laki-laki itiu diaggap telah mencorengkan arang di muka keluarga perempuan. Seharusnya sebagai hula-hula kedudukan mereka merupakan yang tertinggi dalam struktur dalihan na tolu dan harus dijunjung tinggi serta struktur dalihan na tolu harus dijunjung tinggi oleh pihak laki-laki.

Pada umumnya pihak laki-lakilah yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan mangalua sebab si prempuan di bawa si lelaki ke rumah orang tua ataupun keluarga terdekatnya. Akibatnya mangalua ini bagi pihak laki-laki sebenarnya tidaklah menjadi permasalahan, karena pihak laki-laki ini secara tidak langsung ikut mengusulkan dan membantu terjadinya perkawinahn mangalua ini. Bila ditinjau dari segi ekonomi sebenarnya menguntungkan bagi pihak laki-laki sebab mereka tidak dibebani lagi dengan sejumlah sinamot yang diminta oleh keluarga perempuan.

[1] . Suatu alternative yang terpaksa oleh sepasang kekasih untuk melaksanakan perkawinan, karena jalan mereka menuju perkawinan menhghadapi berbagai hambatan.

[2] . Sinamot adalah sesuatu yang harus diserahkan oleh keluarga pihak laki-laki kepada pihak perempuan, baik berupa uang dan benda lain seperti tanah, ternak dan sebagainya.

[3] . Orang-orang kampong untuk memuaskan hati dimana mereka minta pembayaran kepada pihak paranak karena telah mengambil seorang perempuan dari lingkup mereka.

[4] . Sesuatu yang harus diserahkan oleh keluarga pihak lelaki kepada pihak perempuan, baik berupa uang dan benda seperti tanah, ternak dan lainnya atau bisa juga diartikan sama dengan sinamot.

[5] . Upacara peresmian secara adat, dimana kedua mempelai sebelumnya telah berumah tangga dengan cara mangalua.

[6] . Untuk memenuhi adapt dan hokum sebagai jalan menyembah hula-hula serta meminta berkatnya.

[7] . Menyampaikan penghormatan, memenuhi adapt dan hokum sebagai jalan menyembah hula-hula serta minta berkatnya.

[8] . Selalu dibedakan antara kelompok orang Batak dan bukan orang batak.

Yang saya belum tahu, dalam bahasa inggris Mangalua itu apa ya?

Notes: sebagian tulisan ini diambil dari http://er27.wordpress.com/2008/03/17/mangalua-suatu-bentuk-perkawinan-pada-masyarakat-batak-toba/