Stranded in Aceh
21 May
Entah mulai kapan teminal Pondok Gede – Bekasi tidak ada. Seingat saya sekitar tahun 1995 masih bisa menikmati fasilitas terminal. Saat itu dimulailah penerapan jalur 1 arah untuk melewati arteri Pondok Gede. Kabarnya jalur 1 arah ini diterapkan guna mengurangi kemacetan yang terjadi akibat dibangunnya areal pertokoan di arteri Pondok Gede. Saya berusaha untuk mengetahui kapan tepatnya terminal pondok gede digusur dengan mencari melalui internet. Tapi tidak juga didapat cerita mengenai tergusurnya terminal pondok gede apalagi tanggalnya. Yang didapat hanya berita mengenai penggusuran pasar pondok gede pada tahun 2007. Dan pada saat peristiwa itu terjadi,saya rasa terminal pondok gede sudah lama digusur.
Yang menjadi permasalahan di sini adalah dengan tidak adanya terminal pondok gede maka sejumlah angkutan yang mempunyai rute melewati atau ke Pondok Gede tidak punya tempat untuk berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang. Para supir angkot menaikan dan menurunkan penumpang seringkali di tengah jalan (bukan berhenti dipinggir). Bahkan mereka tak segan-segan untuk berhenti lama menunggu angkot mereka penuh (ngetem). Dengan banyaknya rute angkot yang melewati daerah ini, dapat dipastikan bahwa setiap hari berhenti/ngetemnya angkot ini menjadi sumber kemacetan. Berdasarkan pengamatan saya, ada sekitar 10 rute angkot yang melewati daerah ini dan beberapa diantaranya bahkan menuju terminal besar seperti kampung rambutan, bekasi, dan kampung. Melayu. Sebut saja pd.gede- kp.melayu; pd.gede-kali.malang; pd.gede- buaran; pd.gede-pulo gadung; pd.gede- cililitan; pd.gede-kp.melayu via cililitan; ujung aspal-kp.rambutan via pd.gede; kranggan-kp.rambutan; pd.gede-Bekasi; pasar rebo-ukicawang. Jika 1 rute mempunyai 1 kendaraan yang berhenti di tengah jalan, maka 10 rute akan membuat 10 kendaraan berhenti di tengah jalan dan sudah pasti mengakibatkan kemacetan.
Tentu saja tidak mudah untuk melarang para supir angkot untuk berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang ditengah jalan dengan tidak tersedianya terminal. Saat ditanya mengapa tidak berhenti dahulu kepinggir jalan, biasanya ada aja alasan supir mulai dari mengejar setoran sampai memberi kepuasan kepada para penumpang yang juga terlalu malas untuk jalan sedikit dari tempat kendaraan bisa turun dengan aman ke tempat tujuannya. Selain itu menurut para supir angkot, juga tidak ada aturan yang menyebabkan mereka ditilang karena menurunkan penumpang sembarangan (selain ditegur pada waktu2 razia saja). Paling hanya supir kendaraan pribadi yang suka menggerutu karena terhalang oleh berhentinya angkot tersebut sehingga tidak dianggap sebagai suatu hukuman yang bisa mengakibatkan jera bagi pelakunya.
Di sisi lain para penumpang sebenarnya juga dirugikan karena selalu terburu-buru pada waktu menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan. Selain itu dapat membahayakan penumpang dan juga pengguna jalan lainnya.
Sebenarnya sampai sekarang saya sendiri tidak tahu alasan yang menjadi pertimbangan pemerintah sehingga menghapus keberadaaan terminal di lokasi yang cukup strategis ini. Apakah lebih menguntungkan membangun pasar dan mall sehingga terminal yang tidak prioritas untuk difasilitasi?
4 Jan
When christmas was coming, I have to go to Bandung to fulfil my promise. After visiting my father in the hospital, I was in a rush to catch the train in the nearby station. But unlucky me, I got no ticket there even the ticket without seatnumber.
I was upset and decided to go home, take a rest and looking for travel tomorrow. While waiting for the bus, suddenly a man call and ask me if I am out of ticket. He wear the uniform with tag name “joko ….” (I forgot the full name).
I am out of ticket, I said.
Which tiket do you need? He said.
I need one way ticket to Bandung, I answered while hoping he still have any ticket (even it,s ilegal)
Would you like to pay the ticket on board? Just going on board and pay a half for the ticket.
What? How can I enter the station without ticket in my hand? Do they allow me to get into? I confused and exciting to hear that. I never do such things. Than the man accompanied me to enter the station.
After the train coming, I got into the train and just follow my feeling to find the restoration room.
Suprising me, there are alot of people in this room. They are the passenger with ticket without seatnumber. Waw, it must be another great experiance.
Trek,trek,trek…..suddenly a familiar sound is coming. The ticket man is coming. Now he come with the train police. Ukh, it’s shaking my body. My hands are trembling. I can do nothing but freezing in the corner.
And lucky me, the ticket man did not ask for my ticket…
But still… I am afraid. This 3 hours trip just like take a whole month. Along this trip, I really afraid when a man with uniform is coming.
Ariving in st. Hall, I really happy while my whole body still shaking.But it’s over, and I can keep my promise in this christmas.
It’s the miracle of christmas and a prove to the lack of security in public train.
Hmmm…..
7 Jan
I saw some students had been catch and treated like criminals in Siantar (http://www.tvone.co.id/index.php/cp/newsdetail/5631). Somehow I think it was another violence treatment for children. Don’t they ever think this behavior is not pure children delinquent but also because of boring learning methods implemented on our education systems?
I asked a friend about it. He said “yes, I hate going to school”. He told me that he would rather skip the class and watched some movies in his friend’s house than listened the teacher or read the text book.
How do you think?
Saat saya menonton televisi mengenai pelajar bolos sekolah yang ditangkap di kota Siantar http://www.tvone.co.id/index.php/cp/newsdetail/5631). Mereka mendapat perlakuan yang biasa diterima seorang penjahat criminal. Tiba-tiba saja saya merasa bahwa itu merupakan salah satu tindak kekerasan pada anak-anak. Apakah mereka pernah berpikir sebaliknya? Bisa jadi tindakan bolos sekolah ini karena sistem pendidikan yang membosankan.
Saya coba bertanya pendapat salah seorang teman saya. Dia dengan yakin menjawab “iya dan saya benci sekolah”. Dia bercerita bahwa dulu dia sering sekali bolos sekolah dan menonton film porno di rumah temannya. Sungguh lebih menarik nonton film porno daripada mengikuti pelajaran dengan metode membaca dan mendengar di dalam kelas.
Bagaimana menurut mu?
16 Dec
This poem was nominated poem of 2005 for the best poem, written by an African kid
When I born, I Black,
When I grow up, I Black,
When I go in Sun, I Black,
When I scared, I Black,
When I sick, I Black,
And when I die, I still black..
And you White fella,
When you born, you Pink,
When you grow up, you White,
When you go in Sun, you Red,
When you cold, you Blue,
When you scared, you Yellow,
When you sick, you Green,
And when you die, you Gray..
And you calling me Colored ??
24 Apr
Ya’ahowu …
The words that we will hear when we arrived at Tano Niha (Nias). As a remote area, we probably never look at one of the outer islands of Indonesia. But, since world biggest disaster in the year 2005, a lot of people and institutions come to this island. Physical development grew rapidly. Facilities and infrastructure that has not been able to be built by the local government can (now) be built with the help of various Donor both domestic and international founding. Unfortunately, physical development was not aligned with public knowledge about natural resource preservation.
I have passed the road between South Nias and Nias twice, on January and May 2007. From both visit, I noticed one thing that is ironic. I saw excavation pile underneath the hazard warning sign that informs about the mining. I do not know whether this sign only considered as decorations or the villagers were illiterate. Along this road, we can see children help their parents carrying the materials from the excavation or play while accompany their parents working for the excavation.
My last trip in November 2007 aroused my desire to spread this information to people who care about the environment because I saw that the activities is becomes bigger environment destruction. from 3 warning sign that I see from the previous journey, There are only 1 warning sign left. And still the excavation pile underneath the warning sign. They even rent the heavy equipment to do the excavation. And it caused erosion along the road between Nias to Teluk Dalam. But I don’t have specific data about the accidents due to this road erosion. I really hope this anthropocentric development can be stopped. And suggested that every construction and development program should mainstreaming by the natural resource preservation. Tano Niha Niomasiõgu (I Love Nias Island)
Ya’ahowu…
Kata-kata itu yang akan kita dengar sebagai penyambutan saat kita tiba di Tano Niha (Nias). Memang tidak banyak orang indonesia yang mengenal Nias. Bahkan mungkin tidak pernah terpikir oleh kita untuk melirik pulau terluar Indonesia ini. Pulau yang kaya akan sumber daya alam ini terkena gempa tahun 2005. Semenjak itu banyak orang dan lembaga yang datang ke pulau ini. Pembangunan fisiknya pun tumbuh dengan cepat. Sarana dan prasarana yang selama ini tidak sanggup dibangun oleh biaya pemerintah daerah sekarang dapat dibangun dengan mengalirnya bantuan dari berbagai Lembaga Donor baik dalam negeri dan luar negeri. Sayangnya pembangunan tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan masyarakat mengenai pemeliharaan sumber daya alam.
Pertama saya melewati jalan antara Nias-Nias Selatan ini adalah bulan Januari 2007, kemudian saya bulan Mei 2007. Dari kedua kunjungan ini saya melihat satu hal yang ironis bahwa dibawah papan yang menginformasikan mengenai larangan galian C ini justru terdapat tumpukan galian C di bawahnya. Saya tidak mengerti apakah tulisan ini hanya dianggap hiasan atau penduduk yang tidak dapat membaca. Di pemukiman penduduk sepanjang jalan ini bahkan menumpuk galian C karena sebagian besar mereka mendapatkan penghasilan dari sini. Dapat juga dilihat anak-anak yang turut membantu orang tuanya mengangkut galian C atau sekedar duduk-duduk menemani orang tuanya yang sedang bekerja di galian C tersebut.
Perjalanan terakhir saya bulan November 2007 membangkitkan keinginan saya menyebarkan informasi ini ke semua teman yang peduli akan lingkungan karena saya melihat bahwa semakin hari kegiatan pengrusakan ini semakin menjadi. Dari 3 papan larangan galian C yang sebelumnya saya lihat di jalan ini sekarang hanya tersisa 1 papan dan tentu saja tumpukan galian C di bawahnya tidak ketinggalan. Bahkan sekarang mereka mengangkutnya dengan bantuan alat berat berupa beku. Perilaku ini lah yang menyebabkan jalan sepanjang nias-nias selatan ini longsor. Separuh lebar jalan ini berlubang karena longsor. Namun saya belum mendapatkan data mengenai jumlah kecelakaan akibat longsor ini. Saya sangat berharap pembangunan yang antroposentris ini dapat segera dihentikan dengan pembelajaran lingkungan hidup yang seharusnya terlebih dahulu dilakukan oleh lembaga donor yang mengaku mau membangun di sini.
Tano Niha Niomasiõgu Pulau Nias yang Kucintai