Popie in Response

Stranded in Aceh

Archive for the ‘My Journey’ Category

Lontar Fruit

Pernah dengar tentang buah lontar? Buah lontar merupakan salah satu buah khas dari Indonesia. Bentuknya bulat seperti kolang-kaling berisi cairan yang membuat badan segar.

Di daerah Jalan Sabang – Jakarta banyak terdapat penjual buah lontar. Biasanya buah lontar dijual Rp 1000 / buah. Lihat penjual buah lontar tidak mau kalah gaya dengan pembelinya!

me & lontar seller

Ever heard lontar fruit? Lontar fruit is an endemic fruit from Indonesia. It’s oval and there is a liquid things on it.

You can see a lot of lontar seller on Sabang Street – Jakarta. They sell lontar fruit for idr 1.000 each. See, that is lontar fruit seller in style!

Kembalikan terminal ku!

Entah mulai kapan teminal Pondok Gede – Bekasi tidak ada. Seingat saya sekitar tahun 1995 masih bisa menikmati fasilitas terminal. Saat itu dimulailah penerapan jalur 1 arah untuk melewati arteri Pondok Gede. Kabarnya jalur 1 arah ini diterapkan guna mengurangi kemacetan yang terjadi akibat dibangunnya areal pertokoan di arteri Pondok Gede. Saya berusaha untuk mengetahui kapan tepatnya terminal pondok gede digusur dengan mencari melalui internet. Tapi tidak juga didapat cerita mengenai tergusurnya terminal pondok gede apalagi tanggalnya. Yang didapat hanya berita mengenai penggusuran pasar pondok gede pada tahun 2007. Dan pada saat peristiwa itu terjadi,saya rasa terminal pondok gede sudah lama digusur.
Yang menjadi permasalahan di sini adalah dengan tidak adanya terminal pondok gede maka sejumlah angkutan yang mempunyai rute melewati atau ke Pondok Gede tidak punya tempat untuk berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang. Para supir angkot menaikan dan menurunkan penumpang seringkali di tengah jalan (bukan berhenti dipinggir). Bahkan mereka tak segan-segan untuk berhenti lama menunggu angkot mereka penuh (ngetem). Dengan banyaknya rute angkot yang melewati daerah ini, dapat dipastikan bahwa setiap hari berhenti/ngetemnya angkot ini menjadi sumber kemacetan. Berdasarkan pengamatan saya, ada sekitar 10 rute angkot yang melewati daerah ini dan beberapa diantaranya bahkan menuju terminal besar seperti kampung rambutan, bekasi, dan kampung. Melayu. Sebut saja pd.gede- kp.melayu; pd.gede-kali.malang; pd.gede- buaran; pd.gede-pulo gadung; pd.gede- cililitan; pd.gede-kp.melayu via cililitan; ujung aspal-kp.rambutan via pd.gede; kranggan-kp.rambutan; pd.gede-Bekasi; pasar rebo-ukicawang. Jika 1 rute mempunyai 1 kendaraan yang berhenti di tengah jalan, maka 10 rute akan membuat 10 kendaraan berhenti di tengah jalan dan sudah pasti mengakibatkan kemacetan.
Tentu saja tidak mudah untuk melarang para supir angkot untuk berhenti menurunkan dan menaikkan penumpang ditengah jalan dengan tidak tersedianya terminal. Saat ditanya mengapa tidak berhenti dahulu kepinggir jalan, biasanya ada aja alasan supir mulai dari mengejar setoran sampai memberi kepuasan kepada para penumpang yang juga terlalu malas untuk jalan sedikit dari tempat kendaraan bisa turun dengan aman ke tempat tujuannya. Selain itu menurut para supir angkot, juga tidak ada aturan yang menyebabkan mereka ditilang karena menurunkan penumpang sembarangan (selain ditegur pada waktu2 razia saja). Paling hanya supir kendaraan pribadi yang suka menggerutu karena terhalang oleh berhentinya angkot tersebut sehingga tidak dianggap sebagai suatu hukuman yang bisa mengakibatkan jera bagi pelakunya.
Di sisi lain para penumpang sebenarnya juga dirugikan karena selalu terburu-buru pada waktu menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan. Selain itu dapat membahayakan penumpang dan juga pengguna jalan lainnya.
Sebenarnya sampai sekarang saya sendiri tidak tahu alasan yang menjadi pertimbangan pemerintah sehingga menghapus keberadaaan terminal di lokasi yang cukup strategis ini. Apakah lebih menguntungkan membangun pasar dan mall sehingga terminal yang tidak prioritas untuk difasilitasi?

Good Bye Gus Dur!

Suddenly the hospital is full of crowd. Many cars is coming and I hear the great sirene of ambulance.
Sitting nearby my father’s bed, I hear the nurse said he was died while sleeping in the floor (is that true? I don’t know for sure). All medician talking about him. Some people going downstair to watch out the preparation.
Hmmm, he must be a great people I think. and my phone is ringing
“have u heard gus dur is died?”

gusdur
http://www.andaka.com/selamat-jalan-gus-dur.php

that’s the answer. He must be Gus Dur. The great people who got HD with my father. Than I look up the window upstairs. There is a crowd outside the hospital building. Cars from tv station, security cars, some staff from the hospital, and some standing local people.
Than I tell my father “Dad, Gus Dur is died” “hmm, great people” he said, because Gus Dur is the only president who wanted to make a great decision to rise up the salary for PNS (civil servant). While smiling, my father is going to sleep, maybe he want to say good bye to Gus Dur in his dream.
Good bye gus dur!

  • 3 Comments
  • Filed under: My Journey
  • Kawin Lari (Mangalua)

    Kawin lari atau yang disebut Mangalua dalam masyarakat Batak ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Seorang saudara saya melakukannya karena tidak disetujui oleh salah satu pihak pengantin. Saya coba melihat tahap demi tahap. Ternyata untuk melakukanya perlu tahap2 dan syarat2 juga.
    Arti Mangalua sendiri adalah .[1] Secara bebas, manga adalah melaksanakan dan lua adalah membawa atau lari. Berati sepasang muda-mudi yang kawin dengan cara di luar prosedur perkawinan ideal karena satu atau beberapa hal, seperti karena masalah ekonomi( masalah pembayar sinamot yang kurang), masalah social (perbedaan status ditengah kehidupan masayarakat) ataupun masalah yang lainnya.

    Dalam hal ini berarti kawin tanpa melalui prosedur pembayaran sinamot trlebih dahulu.[2] Dalam mangalua ini seakan adapt adalah soal belakang, yang penting adalah mereka kawin dulu.

    Adat menyebut perkawinan mngalua ini bahwa si pemuda mengandalkan kekuatan, mengabaikan hukum (pajojo gogo), papudi uhum. Biasanya si perempuan tidak akan mau berlama-lama dalam situasi mangalua ini ( dalam situasi belum diadatkan atau mangadati), karena perkawinan ini belum kuat adanya, sehinga kalaupun dia diceraikan tidak akan ada pihak yang dapat mempertahankanya atau menanggungjawabinya.

    BENTUK PELAKSANAAN MANGALUA

    Dalam pelaksanaan mangalua ini ada dua cara yang dikenal yaitu:

    1. Kedua calon pengantin yang mangalua atau ditemani oleh satu atau dua orang yang bertindak sebagai pihak ketiga, demi menjaga kehormatan kedua calaon pengantin.

    Sebagai langkah pertama mereka pegi kerumah salah satu keluaraga pengetua atau terpercaya, dan dirumah tersebut calon pengantin perempuan dititipkan. Berikutnya laporan kepada orangtua, pengetua adapt atau pemimpin agama minta pemberkataan atau restu.

    2. Perempuan itu langsung dibawa oleh si pria kerumahnya tanpa lebih dulu diberkati atau direstui. Perkawinan seperti ini disebut juga marbagas roha-roha (berumah tangga sesuka hati). Namun perkawinan telah terjadi, kewajiban atau pertanggungjawaban adat wajib dilaksanakan di kemudian hari.

    TATA CARA MANGALUA

    Dalam perkawinan mangalua ini tentu ada cara yang lazim dilakukan oleh pelaku-pelakunya. Sepasang muda-mudi memutuskan untuk melaksanakan kawin lari ketika mereka berpacaran karena melihat berbagai hal yang akan menghambat mereka untu kadapt hidup bersama. Yang sering terjadi bahwa keluarga si lelaki yang memegang peranan dalam pelaksanaan mangalua ini, sedangkan pihak perempuan tidak tahu sama sekali. Ada juga kasus mangalua dimana kedua belah pihak keluarga mengetahui dan memberi ijin untuk melkasnakan hal tersebut, karena memang cara itulah yang dianggap tepat pada saat itu agar perkawinan tetap bisa dilaksanakan.

    Dalam mangalua ini si perempuan pergi meninggalkan oranng tuanya, mengikuti kekasihnya untuk melaksanakan perkawinan. Biasanya siperempuan langsung dibawa kerumah pemuka agama yang berda di lingkungan tempat tinggal keluarga pihak laki-laki. Tetapi ada juga terjadi dimana pasangan itu lari meninggalkan orang tuanya masing-masing dan pergi kesuatu tempat lain apabila keluarga kedua belah pihak betul-betul tidak ada yang setuju. Sesudah sekian lama berumah tangga mereka akan kembali untuk meminta maaf dan melaksanakan adat perkawinan secara penuh.

    Dahulu kala bila seorang perempuan akan mangalua, maka sebagai tandanya dia akan meletakkkan daun sirih di dalam lemari pakaianya sebagai pengganti dirinya yang hilang atau yang telah pergi. Sekarang hal tersebut telah digantikan dengan meninggalkan sepucuk surat sehingga keluarga perempuan dapat mengetahui bahwa anak gadisnya telah mangalua.

    Setelah mereka mangalua dan menetap di suatu tempat, maka adat menuntut agar prosedur selanjutnya dilaksanakan, yakni segera setelah kawin datang kerumah orangtua si perempuan untuk memberitahukan bahwa anak mereka telah menjadi paniaran (menjadi salah satu keluarga mereka), dimana kegiatan ini disebut manurohan bao-bao na tinangko (melapor dan membawa tanda anak mereka telah diambil).

    Setelah semua undangan pihak perempuan hadir maka dipersiapkan makanan yang dibawa oleh rombongan pihak lelaki (paranak) tadi, dan mereka semua makan bersama-sama. Setelah selesai maka acara selanjutnya adalah manghatai atau bercakap-cakap mengenai maksud kedatangan mereka.

    Pembicaraan ini dimulai oleh pihak keluarga pihak perempaun yang diwakili oleh abang si perempuan yang telah berkeluarga. Isi pembicaran mereka adalah ucapan terimakasih kepada pihak keluarag laki-laki (paranak). Kemudian abang dari ayah si perempuan juga berbicara mengucapkan terimakasih atas kesediaan para tamu untuk datang ke acara tersebut dan menayakan maksud kedatangan mereka. Perlu kita ketahui bahwa adat Batak ada suatu kebiasaan, walaupun mereka sebenarnya sudah tahu tujuan kedatangan suatu kelompok, tetapi mereka akan menayakan serinci mungkin melaui kata-kata yang berupa pantun-pantun dan pepatah-pepatah. Seperti dikatakan :

    Sai marangkup do na uli, mardongan do na denggan.

    On pe di paboa ampara niba ma tangkas siangkupna.

    Songon na handul, sidongannna songon na mardalan.

    Secara bebas artinya mennyakan apakah maksud kedatangan mereka atau pihak paranak atau lelaki tersebut. Biasanya pembicaran itu diwakili oleh abang dari ayah si perempuan. Tetapi sebelum pihak paranak menjawab, terlebih dahulu diberi kesempatan kepada dongan sahuta.[3] Teman sekampung atau dongan sahuta ini secara adat menuntut antara lain :

    1. Upa sangke hujur (upah pengawal kampong, agar kemarahan atau sikap bermusuhan dihentukan terhadap si lelaki yang melahirkan gadis kampung mereka).

    2. Upa ungkap harbangan (upah untuk para penjaga pintu gerbang kampong. Penghormatan diberikan kepada merteka, agar si pria tersebut diijinkan masuk ke komplek kampong tersebut).

    3. Upa raja huta (upah untuk ketua kampong yang bertannggungjawab atas keamanan atau masalah-masalah lainnya dari seluruh penduduk huta atau kampong tersebut).

    Dengan dipenuhinya syarat-syarat tersebut diatas, maka pembicaraan kepada mertua baru bisa dimulai. Sudah menjadi ketentuan adat, bahwa suami istri yang kawin lari tidak diperkenankan berkunjung kerumah orang tua si perempuan sebelum acara manuruk-nuruk ini.

    Setelah dengan sahuta menerima upah akan dilanjutkan dengan pembicaraan oleh paranak yang menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh keluarga parboru dengan nada menyembah (dalam hal ini tentu pihak parboru tersebut adalah huta-huta mereka, dimana dalam adat Batak kelompok ini merupakan kelompok yang harus selalu disembah dan dihormati. Kedatangan mereka dalam acara manuruk-nuruk ini bermaksud untuk menyembah atau minta maaf kepada pihak paranak telah bersalah mengambil anak perempuan pihak paranak tanpa izin. Dengan nada menyesal pihak paranak akan mengatakan :

    Ndang tarbahen be turak, si nungga sor gok tagan.

    Ndang tarbahen be turak, si nungga sor sun mardalan.

    Artinya memang mereka merasa bersalah tetapi apalah daya hal tersebut telah terjadi.selanjtnya pihak parboru akan membalas perkataan mereka itu. Pertama dikomentari masalah makanan yang dibawa oleh paranak tadi, yang telah dimakan bersama-sama, ketika selesai makan memang dikatakan oleh parboru bahwa makanan yang dibawa paranak tersebut enak sekali rasanya, tetapi pada pembicaraan berikutnya dikatakanalah bahwa makanan itu sebenarnya pahit sekjali rasanya. Hal ini karena pihak paranak mereka anggap telah pajolo gogo, papudi uhum (mengandalkan kekuatan atau membelakangkan hukum). Mereka menanyakan pihak paranak sampai hati berbuat itu kepada meteka. Karena pada dasarnya perkawinan dengan cara mangalua ini sebisa-bisanya dihindari oleh orang Batak karena menimbulkan kesan yang kurang baik dari berbagai pihak.

    Kalau perkawinan menurut ideal, hal yang harusnya dipenuhi terlebih dahulu sebelum perkawinan adalah membayar sinamot, tetapi setelah terjadi mangalua dalam acara manuruk-nuruk yang dibicarakan adalah somba-somba.[4] Apabila keadaan sudah mengijinkan baik dalam soal materi, waktu dan sebagainya, maka ditempuh acara memenuhi adat lengkap yang dinamai mengadati.[5] Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang perlu diperhatikan yaitu :

    1. Apabila keluarga yang diadati belum mempunyai anak dikatakan bahwa upacara mengadati itu bertujuan untuk : manggohi adat uhum, songgon dalan manomba hula-hula huhut mangido pasu-pasu.[6]

    2. Bila keluarga yang diadati sudah mempunyai anak, maka dalam hal ini upacara dimaksudkan untuk : pasahathon sulang-sulangna tabo, dalan manggphi adat dohot uhum, manomba hula-hula huhut mangido pasu-pasu[7].

    Hal lain yang menbedakan adalah setelah terjadi mangalua pihak parboru tidak dapat lagi menentukan besarnya sinamot yang harus diserahkan pihak paranak. Berapapun yang diberikan oleh pihak paranak pihak parboru terpaksa menerima karena anak perempuan mereka telah berada di pihak lelaki atau paranak. Dan biasanya sinamot pada perkawinan mangalua ini lebih rendah dibandibngkan dengan jumlah sinamot pada perkawinan ideal. Dalam kedaan ini kita lihat bahwa bentuk perkawinan mangalua ini akan lebih sedikit memakan biaya apabila dibandingkan dengan perkawinan lazimnya. Karena ada proses yang tidak dilauinya, sehingga mengurangi aktifitas dan biaya untuk suatu perkawinan.

    FAKTOR SUKU DAN AGAMA SEBAGAI PENYEBAB MANGALUA

    Orang Batak Pada umunya kuat idealismenya dalam hal kesukuan dan keagamaan. Kitra dapat melihat bahwa dimanapun orang Batak berda selalu menjukkan ke batakanya. Hal itu dijelaskan dengan adanya konsep halak hita dan bukan halak hita.[8]

    Memang dalam kemajuan dewasa ini sering kita dengar bahwa hal-hal kesukuan seperti itu lambat laun telah mulai dihilanhkan, dengan tidak begitu, membedakan kesukuan dan keagmaan dalam kehidupan bermasayarakat. Tetapi kenyataanya kita lihat dalam masayarakat batak masaalh ini sering menghalangi seseorng menuju jenjang perkawinan dan faktor ini melihatnya dari kasus berikut ini.

    FAKTOR PENDIDIKAN SEBAGAI PENYEBAB MANGALUA

    Masalah pendidikan adalah tinggi rendahnya pendidikan yang telah diperoleh seseorng secara formal maupun non formal dalam membentuk sutru pemikiran yang lebih maju daripada orang-orang yng tidak menjalaninya.

    Sering dikatakan bahwa dengan lebih tingginya pendidikan seseorng akan kurangya keinginan untuk melaksanaknan perkawinan dengan cara mangalua, Karena seseorng itu dianggap lebih maju memikirkan akibat-akibat negative dari mangalua tersebut. Memeng hal itu dapat kita terima, dengan adanya pemikiran yasng lebih jeli sebelum melaksanakanya.

    FAKTOR EKONOMI SEBAGAI PENYEBAB MANGALUA

    Faktor ekonomi dikatakan merupakan salah satu penyebab dilaksanaknanya mangalua. Hal ini dihubungkan dengan mata pencaharian, serta jumlah anggota kelurga dalam suatu rumah tangga, sehingga ada pengelompokkan kaya, menengah dan miskin. Hal ini dapat lihat dalam kasus berikut.

    Dalam hal ini pihak keluarga laki-laki mempunyai taraf perekonomian yang lebih rendah dari keluarga perempuan, dimana jumlah qanggota keluarga juga turut bwerperan bagi unrtuk mangalua. Melihat dari jumlah anggota keluarga, pelaku mangalua tersebut minimal berjumlah 6 orang, bahkan ada yang anggota, bahkan ada yang anggota keluarganya sampai berjumlah 10 orang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam rumah tanggga maka semakin brat pula beban yang ditanggung oleh keluarga tersebut dalam kehidupan yang berlaku pada masyarakat batak toba semakin sulit oleh mereka yang tergolong rendah tingkat perekonomiannya, sebab perkawinan secara ideal itu membutuhkan biaya yang cukup besar. Untuk menghindari semua itu ditempuh cara mangalua.

    AKIBAT-AKIBAT MANGALUA

    Perkawinan dengan cara mangalua, ternyata telah menimbulkan banyak permasalahan baik itu bagi pelaku mangalua yang bersangkutan, dipihak perempuan, dipihak lelaki maupun di tengah-tengah masyarakat batak toba sendiri. Walaupun nanti akan ada upacara mangadati yaitu suatu proses upacara adat untuk mensahkan pasangan pelaku mangalua tersebut dalam perkawinan menurut adat tidak berarti langsung melenyapkan permasalahan ysng pernah ada.

    Umunya keluarga pihak perempuan sangat menyasali tindakan mangalua ini, karena pihak laki-laki telah mengambil anak perempuan mereka tanpa ijin. Tindakan pihak laki-laki itiu diaggap telah mencorengkan arang di muka keluarga perempuan. Seharusnya sebagai hula-hula kedudukan mereka merupakan yang tertinggi dalam struktur dalihan na tolu dan harus dijunjung tinggi serta struktur dalihan na tolu harus dijunjung tinggi oleh pihak laki-laki.

    Pada umumnya pihak laki-lakilah yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan mangalua sebab si prempuan di bawa si lelaki ke rumah orang tua ataupun keluarga terdekatnya. Akibatnya mangalua ini bagi pihak laki-laki sebenarnya tidaklah menjadi permasalahan, karena pihak laki-laki ini secara tidak langsung ikut mengusulkan dan membantu terjadinya perkawinahn mangalua ini. Bila ditinjau dari segi ekonomi sebenarnya menguntungkan bagi pihak laki-laki sebab mereka tidak dibebani lagi dengan sejumlah sinamot yang diminta oleh keluarga perempuan.

    [1] . Suatu alternative yang terpaksa oleh sepasang kekasih untuk melaksanakan perkawinan, karena jalan mereka menuju perkawinan menhghadapi berbagai hambatan.

    [2] . Sinamot adalah sesuatu yang harus diserahkan oleh keluarga pihak laki-laki kepada pihak perempuan, baik berupa uang dan benda lain seperti tanah, ternak dan sebagainya.

    [3] . Orang-orang kampong untuk memuaskan hati dimana mereka minta pembayaran kepada pihak paranak karena telah mengambil seorang perempuan dari lingkup mereka.

    [4] . Sesuatu yang harus diserahkan oleh keluarga pihak lelaki kepada pihak perempuan, baik berupa uang dan benda seperti tanah, ternak dan lainnya atau bisa juga diartikan sama dengan sinamot.

    [5] . Upacara peresmian secara adat, dimana kedua mempelai sebelumnya telah berumah tangga dengan cara mangalua.

    [6] . Untuk memenuhi adapt dan hokum sebagai jalan menyembah hula-hula serta meminta berkatnya.

    [7] . Menyampaikan penghormatan, memenuhi adapt dan hokum sebagai jalan menyembah hula-hula serta minta berkatnya.

    [8] . Selalu dibedakan antara kelompok orang Batak dan bukan orang batak.

    Yang saya belum tahu, dalam bahasa inggris Mangalua itu apa ya?

    Notes: sebagian tulisan ini diambil dari http://er27.wordpress.com/2008/03/17/mangalua-suatu-bentuk-perkawinan-pada-masyarakat-batak-toba/

  • 5 Comments
  • Filed under: My Journey
  • Trip to Madura

    Baru saja saya mendapatkan kesempatan untuk berjalan-jalan ke Madura. Pulau kecil di daerah Jawa Timur ini sangat terkenal dengan Sate dan Karapan Sapi. Saya tidak mendapat kesempatan untuk melihat Karapan Sapi, tapi saya melihat pasar sapi. Lihat saja orang-orang di sana hanya berjualan sapi dan perlengkapannya. Saya diberikan pecut sebagai oleh-oleh dari Madura.
    java's pecut
    Selain pasar Sapee, saya tertarik dengan rumah dan sekolah. Saya menemukan rumah yang menurut saya cukup besar untuk ukuran pulau kecil di Indonesia. Tapi di sisi lain banyak sekolah yang sangat buruk hingga hampir rubuh.
    Keadaan ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan pendidikan. Mereka lebih memilih kerja di usia dini dari pada melanjutkan pendidikan. Mereka lebih memilih menikah di usia dini dari pada melanjutkan pendidikan.
    I got a trip to Madura. Madura is a small island near Java (but still in east Java). Madura have been famous for the satay and “Karapan Sapee” (Cows Racing). I did not have a change to see the Karapan Sapee but I have seen Cows Market in Madura. See, in the market pupils only trades for cows and it’s accessories’. My friend bought this pecut as the souvenir.

    Besides Sapee, I got interested with the houses and schools. I found really big houses around Madura (considering it is a small island). But in other sides there are a lot of “hunted” schools. I can not say in a word.
    It shows us that these communities have lack of awareness on education needed. They prefer to works in the early ages than to continue their education. They even prefer to gets early marriages than to continue their education

  • 1 Comment
  • Filed under: My Journey
  • Meugang’s Day

    Bulan puasa merupakan bulan yang dinanti-nanti oleh umat Muslim. Begitu juga masyarakat Aceh yang mayoritas penduduknya menganut agama Muslim. Megang menjadi tradisi orang aceh dalam menyambut hari puasa. Meugang Dilaksanakan sekitar 2 hari sebelum puasa. Berdasarkan informasi yang saya dapat, Megang dimaksudkan agar setiap orang menyediakan daging sebagai simbol asupan makanan yang cukup sebelum melaksanakan puasa.
    Pada hari-hari seperti ini harga daging sapi dan kerbau bisa melonjak naik berkali-kali lipat dari harga biasa. Dan jangan harap kita bisa mendapatkan daging dibawah harga Rp 100.000. Dan herannya masyarakat Aceh mau membayar daging dengan harga berapa saja demi menyediakan berbagai masakan penuh daging bagi keluarga. Biasanya pendatang seperti saya akan keluar dari Aceh pada saat hari Megang dilaksanakan karena kegiatan perkantoran akan lumpuh pada hari ini. Walaupun tetap buka namun biasanya mereka datang sekitar jam 10 dan setelah makan siang sudah menghilang ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan pelaksanaan ritual megang. Buat aku Meugang adalah hari libur.

  • 0 Comments
  • Filed under: My Journey
  • Jeruk Biru dari Langit

    ternyata buah jeruk biru dari langit tidak tahan lama

    ternyata dia sekarang sudah membusuk

    tidak biru lagi

    tidak wangi lagi

    tidak enak lagi

    hah, buang saja!

  • 0 Comments
  • Filed under: My Journey
  • Lontar Fruit

    Pernah dengar tentang buah lontar? Buah lontar merupakan salah satu buah khas dari Indonesia. Bentuknya bulat seperti kolang-kaling berisi cairan yang membuat badan segar.

    Di daerah Jalan Sabang – Jakarta banyak terdapat penjual buah lontar. Biasanya buah lontar dijual Rp 1000 / buah. Lihat penjual buah lontar tidak mau kalah gaya dengan pembelinya!

    Ever heard lontar fruit? Lontar fruit is an endemic fruit from Indonesia. It’s oval and there is a liquid things on it.

    You can see a lot of lontar seller on Sabang Street – Jakarta. They sell lontar fruit for Rp 1.000/each. See, that is lontar fruit seller in style!

  • 0 Comments
  • Filed under: My Journey
  • HOT TRIP

    Just like the title, it’s my hot trip because I’m going to Lombok (Lombok is Chili in Javanese Language; just see the welcoming property on Lombok bellow!) from Lombok.
    novotel,lombok 4
    I go with a ferry from Padang Baai. It take 4 hours to Lembar Ferry Terminal. Then take 1 a half hour to Kuta Lombok Beach.

    Stay at the hotel I saw a night market in the back side. I think its a beautiful scene on the night. People around the hotel sell some souvenir. I buy some t-shirt for souvenir, it’s Rp 15.ooo/pcs.

    IMG_5094

    In the morning I go to the beach to enjoy the wonderful granular sands there. See, they like papers spreading on the beach. u

    granular beachsands

    I zoomed it for you!

    beachsands at kuta lombok

    I think this is the only beach that have this shape of granular sands.

    Then I enjoying tandem bicycle to going around. Hmm, another lovely island!

    Seperti judulnya “Hot Trip” lombok memang pedas karena lombok berarti cabe dalam bahasa Indonesia. Lihat saja penyambutan cabe-cabe di hotel tempat saya menginap (gambar 1)!
    Setelah perjalanan saya dari Bali saya meneruskan ke Lombok. melalui pelabuhan Padang Baai. Setelah 4 jam naik kapal ferry, saya sampai di pelabuhan Lembar Lombok. Dari pelabuhan itu saya naik mobil sewaan selama 1,5 jam untuk menuju penginapan saya di Kuta Lombok.

    Saat makan malam saya melihat keramaian di tengah kegelapan di belakang hotel. Ternyata ada pasar malam di sana. Wuih, pemandangan yang bagus (gambar 2). Setelah puas mengambil gambar, saya membeli 5 buah kaos. Cukup murah, saya membeli Rp15.000 perbuah.

    Keesokan paginya saya takjub berjalan sepanjang pantai Kuta Lombok sebab butiran pasir di sini bulat seperti lada. Semoga saja ibu-ibu di sini tidak tertukar saat memasak. Saya rasa pasir seperti ini hanya ada di Lombok.

    Setelah menikmati pasir, saya mencoba untuk berkeliling dengan menyewa sepeda tandem. Hmmm, lumayan berkeringat bagi orang yang tidak pernah olah raga seperti saya.

  • 0 Comments
  • Filed under: My Journey
  • GODDESS ISLAND

    It just another good trip. Why I only say good trip? Everybody know Bali as goddess. Many people go to this island. I know this is a great island. But everybody already have a trip like this.
    I go to Bali on February

    First I have a chance to go to Seminyak. This is such a quite place to live. But I didn’t take any picture of Seminyak. After that I go to Ubud. On the way going to Ubud, I stoped in some place. First, I stop in the batik’s gallery.

    See, this is people making Bali’s batik. All of them are women. Maybe there is gender based job description. Bali’s batik has contrast colour. But I have no picture of it.

    Second place to stop is silver gallery.

    See, all this women showing us how to make the shape to the silver.
    The third place to stop is Barong’s play. It play Rama – Shinta from the Hindus history. I think this play have similarity to the wayang orang play for the Javanese.

    barong

    At first, I think Barong is bad because it have ugly face. But it the symbol of goodness because it help Shinta when she have been kidnapped by Hanoman.

    Then I go to Tampak Siring Palace. It’s the place where The first Indonesian President Soekarno- stay if he is in Bali. Besides the palace, He has a Balinese Woman in this palace. Lucky me, I can see some people showerin in a pool in the middle of the Palace because it’s one of the religious ceremony day for Balinese people.

    tampak siring palace 18

    They showering as the symbol that they wash their body from the sins.

    The last place I stopped by in this trip is Mount Kintamani. See, there is a restaurant wich have a place on the sloop of the mountain so we can eat while seeing this view.

    mount kintamani 5

    Finally I stay at Nandini hotel Ubud. This is the great place to stay. It placed on the Slop of the mountain. With this jungle breakfast I can stay for 2 days and enjoy this place very much.

    nandini hotel,ubud 15

    The next day on Ubud, I go to Trance and Kecaks Dance. It’s very bad because I forgot to bring my lovely pocket camera to catch this great dance. Another place attracting me to go is Blanco Museum. On this great museum I found some endemic animal besides Blanco’s painting.

    See, this is me with them. I can’t take the picture of Blanco’s painting because it’s forbidden.
    The last place I go to visit before I continue my journey to Lombok.

  • 1 Comment
  • Filed under: My Journey